Kepulauan Anambas sering disebut sebagai permata tersembunyi di perairan Natuna, namun untuk mencapainya tidaklah mudah. Jaraknya yang jauh dari kota besar seperti Batam atau Tanjungpinang membuat perjalanan ke sana selalu identik dengan kata “perjuangan”. Tapi kini, ada cara baru yang lebih cepat dan eksklusif untuk menjangkaunya, dengan pesawat amfibi. Ya, moda transportasi ini bukan hanya efisien, tapi juga menawarkan pengalaman terbang yang luar biasa, seolah menggabungkan sensasi naik pesawat pribadi dan berlayar di lautan tropis yang jernih.
Ketika sebagian besar wisatawan memilih kapal feri atau speedboat untuk menuju ke Anambas, mereka yang mencoba pesawat amfibi akan disuguhi pemandangan menakjubkan dari udara yang tidak bisa dilihat oleh siapa pun dari laut. Rute ini bukan sekadar perjalanan, tetapi petualangan yang memanjakan mata, pikiran, dan rasa ingin tahu.
Terbang di Atas Lautan Biru: Sensasi yang Sulit Dilupakan
Penerbangan dari Batam ke Kepulauan Anambas dengan pesawat amfibi hanya memakan waktu sekitar 1 jam 15 menit, jauh lebih cepat dibandingkan perjalanan laut yang bisa mencapai lebih dari 8 jam. Pesawat ini biasanya lepas landas dari Bandara Hang Nadim Batam atau dari area perairan tertentu di Nongsa Point Marina — tergantung pada kondisi cuaca dan jadwal penerbangan hari itu.
Saat pesawat mulai lepas dari permukaan laut, suara riuh mesin berpadu dengan percikan air yang terhempas ke samping sayap. Dalam beberapa detik, tubuh pesawat melayang, naik perlahan, meninggalkan buih putih di permukaan laut. Dari jendela kecil di sisi kabin, hamparan lautan biru toska membentang sejauh mata memandang, diselingi pulau-pulau kecil dengan garis pantai keemasan.
“Tidak ada yang bisa menandingi momen ketika pesawat mulai terbang di atas air. Seolah dunia berhenti sejenak, dan yang tersisa hanya langit, laut, dan ketenangan yang memelukmu erat.”
Pesawat amfibi ini membawa penumpang dalam jumlah terbatas, biasanya tidak lebih dari 12 orang. Itulah mengapa pengalaman ini terasa begitu personal. Pilot sering kali memberi kesempatan bagi penumpang untuk berbincang santai sebelum take-off, bahkan sesekali menjelaskan rute dan titik-titik menarik yang akan dilewati selama penerbangan.
Langkah – langkah berangkat naik pesawat amfibi dari Batam
Berikut tutorial lengkap langkah-langkah berangkat naik pesawat amfibi dari Batam ke Kepulauan Anambas, disusun agar mudah diikuti wisatawan yang ingin mencoba pengalaman unik ini untuk pertama kalinya.
Langkah 1: Pesan Tiket Pesawat Amfibi Lebih Awal
Pesawat amfibi memiliki kapasitas sangat terbatas, rata-rata hanya 10–12 kursi per penerbangan. Karena itu, penting untuk memesan tiket minimal dua minggu sebelumnya.
Kamu bisa memesannya melalui:
- Situs resmi operator seperti PT ASI Pudjiastuti Aviation (Susi Air) atau operator khusus seaplane di Batam.
- Travel agent lokal di Batam atau Tanjungpinang yang sudah bekerja sama dengan pihak pengelola resort di Anambas (misalnya Pulau Bawah Resort).
- Paket wisata eksklusif, di mana tiket pesawat sudah termasuk penginapan dan transportasi laut menuju pulau tujuan.
💡 Tips: Cek jadwal keberangkatan karena tidak setiap hari tersedia penerbangan ke Anambas. Biasanya hanya 2–3 kali dalam seminggu, tergantung kondisi cuaca dan permintaan.
Langkah 2: Pilih Titik Keberangkatan di Batam
Pesawat amfibi memiliki dua titik keberangkatan utama di Batam:
- Bandara Internasional Hang Nadim (BTH) – untuk penerbangan reguler.
- Nongsa Point Marina & Resort (NPM) – untuk penerbangan langsung dari laut (take-off di permukaan air).
Jika kamu memilih keberangkatan dari Nongsa Point Marina, datanglah lebih awal karena proses boarding dilakukan di dermaga, bukan di terminal bandara biasa.
💡 Catatan: Nongsa Point Marina juga sering menjadi titik keberangkatan charter flight pribadi, jadi suasananya lebih santai dan eksklusif.

Langkah 3: Datang Minimal 60 Menit Sebelum Jadwal Terbang
Meskipun proses check-in lebih cepat dibanding bandara besar, tetap disarankan datang 1 jam sebelum waktu keberangkatan.
Proses di lokasi:
- Registrasi dan pemeriksaan identitas.
- Penimbangan bagasi (biasanya maksimal 10 kg per orang).
- Briefing singkat dari kru tentang prosedur keamanan dan pendaratan di air.
💡 Tips: Karena kabin kecil, gunakan tas ransel ringan dan hindari koper besar. Barang bawaan berat bisa diatur agar dikirim terpisah via kapal kargo jika diperlukan.
Langkah 4: Naik ke Pesawat dan Dengarkan Instruksi Awak
Setelah boarding dimulai, kamu akan diarahkan menuju ponton atau dermaga kecil di mana pesawat amfibi sudah menunggu di permukaan air. Kru akan membantu kamu naik ke pesawat menggunakan tangga kecil.
Begitu duduk, awak akan memberikan arahan keselamatan seperti:
- Cara menggunakan sabuk pengaman dan pelampung.
- Posisi duduk yang benar saat lepas landas atau mendarat di air.
- Larangan membuka pintu atau jendela selama penerbangan.
💡 Saran: Pilih kursi dekat jendela untuk mendapatkan pemandangan laut dan pulau yang lebih jelas selama penerbangan.
Langkah 5: Lepas Landas dari Laut — Rasakan Sensasinya
Ketika pesawat mulai melaju di atas permukaan laut, kamu akan merasakan sedikit getaran dari benturan air sebelum akhirnya pesawat perlahan terangkat.
Dalam hitungan detik, kamu sudah melayang di atas laut biru Batam yang berkilau diterpa matahari. Dari sini, perjalanan menuju Anambas memakan waktu sekitar 1 jam 15 menit tergantung arah angin dan kondisi cuaca.
Selama terbang, kamu akan melewati pemandangan laut dangkal, pulau karang, dan kadang kapal nelayan kecil di bawah sana. Pilot biasanya akan mengumumkan ketika melintas di area menarik seperti Pulau Bawah atau Siantan.
Langkah 6: Pendaratan di Perairan Anambas
Saat mendekati tujuan, pesawat akan menurunkan ketinggian dan menyiapkan pendaratan langsung di laut. Prosesnya lembut, seperti perahu yang menepuk air. Begitu mesin berhenti, kamu akan disambut panorama air jernih dan deretan pulau tropis hijau yang menawan.
Beberapa lokasi pendaratan yang umum digunakan antara lain:
- Perairan sekitar Pulau Bawah Marine Park
- Pulau Siantan (Letung)
- Pulau Jemaja
💡 Tips: Siapkan kamera atau ponselmu — momen pendaratan di air ini sangat fotogenik dan jarang bisa kamu alami di tempat lain di Indonesia.
Langkah 7: Turun dari Pesawat ke Ponton atau Kapal Resort
Setelah pesawat berhenti sepenuhnya, kru akan membuka pintu dan menurunkan tangga kecil menuju ponton terapung.
Jika kamu menginap di resort tertentu seperti Pulau Bawah Resort atau Anambas Dive Resort, biasanya sudah ada perahu penjemput yang menunggu di sekitar lokasi pendaratan. Kamu akan langsung diantar ke pulau tujuan hanya dalam waktu 5–10 menit.
Bagi wisatawan yang datang tanpa reservasi resort, bisa naik perahu lokal menuju pelabuhan Letung atau Tarempa (tergantung lokasi pendaratan).
Langkah 8: Proses Kedatangan dan Penjemputan
Begitu tiba di darat atau dermaga tujuan, staf resort atau petugas setempat akan membantu proses check-in dan pengambilan bagasi kecil.
Biasanya sudah disiapkan minuman selamat datang, seperti air kelapa muda atau teh herbal, sambil kamu menikmati pemandangan laut sejernih kaca.
💡 Tips tambahan:
- Sinyal seluler di Anambas kadang lemah, jadi unduh peta offline sebelumnya.
- Bawa uang tunai karena tidak semua tempat menerima pembayaran digital.
Langkah 9: Nikmati Liburan Tropismu di Anambas
Setelah semua proses selesai, kamu bebas menikmati keindahan Kepulauan Anambas. Beberapa aktivitas favorit wisatawan meliputi:
- Snorkeling dan diving di Pulau Bawah, Piugus, dan Penjalin.
- Island hopping menggunakan perahu tradisional.
- Menjelajah desa nelayan lokal dan mencicipi mie sagu khas Anambas.
- Menginap di vila terapung dengan pemandangan laut langsung dari balkon.
“Begitu kamu mendarat di air sebening kristal dan menatap pulau hijau di kejauhan, semua rasa lelah perjalanan langsung hilang. Rasanya seperti dunia berhenti di titik itu.”
Langkah 10: Kembali ke Batam dengan Jadwal yang Sama
Untuk kembali ke Batam, pastikan kamu sudah mengonfirmasi jadwal penerbangan pulang minimal satu hari sebelumnya.
Pesawat amfibi biasanya berangkat dari Anambas pagi hari untuk menghindari cuaca buruk di sore hari. Proses keberangkatan hampir sama seperti saat berangkat, hanya arah penerbangan yang berlawanan.
💡 Tips terakhir:
Jika kamu ingin menikmati pemandangan berbeda, pilih kursi di sisi berlawanan dari saat kamu berangkat — pemandangan jalur pulangnya tak kalah indah.
Teknologi dan Kenyamanan yang Ramah Petualangan
Meski terkesan kecil, pesawat amfibi modern dilengkapi dengan fitur keamanan dan kenyamanan yang cukup canggih. Interiornya sederhana namun bersih dan ergonomis. Beberapa armada bahkan sudah menggunakan jendela besar yang memungkinkan penumpang menikmati pemandangan tanpa terhalang.
Pesawat jenis ini biasanya menggunakan mesin turboprop ringan dengan desain hidrodinamis, memungkinkan pendaratan di air dengan stabil. Beberapa maskapai yang beroperasi di jalur Batam–Anambas bahkan sudah menerapkan sistem double-float atau lambung ganda untuk menjaga keseimbangan saat mendarat di laut berombak.
Namun di luar teknologi, daya tarik sebenarnya dari perjalanan ini adalah rasa petualangan yang dibawanya. Tidak ada lorong panjang, tidak ada antrean boarding yang melelahkan, hanya deru mesin dan semilir angin laut yang membangkitkan semangat berpetualang.
“Naik pesawat amfibi seperti menembus batas antara laut dan langit. Kamu tidak hanya bepergian, kamu sedang mengalami sesuatu yang langka, sesuatu yang akan kamu ceritakan bertahun-tahun kemudian.”
Pendaratan Langsung di Surga Tropis
Salah satu momen paling memukau dari penerbangan ini adalah ketika pesawat mulai menurunkan ketinggian untuk mendarat langsung di perairan sekitar Anambas. Dari atas, pulau-pulau seperti Pulau Bawah, Pulau Siantan, dan Jemaja terlihat seperti gugusan zamrud terapung di lautan kaca. Warna air yang bergradasi dari biru tua hingga hijau muda menjadi latar yang sempurna untuk pendaratan spektakuler.
Pesawat akan menurunkan kecepatannya, lalu menyentuh air dengan lembut, meninggalkan cipratan kecil yang cepat menghilang. Begitu mesin dimatikan, yang tersisa hanyalah suara deburan ombak dan hembusan angin tropis.
Beberapa titik di Anambas sudah dilengkapi ponton terapung untuk menambatkan pesawat amfibi. Dari sana, penumpang bisa langsung naik ke kapal kecil menuju resort atau pulau tujuan. Bayangkan — tidak perlu terminal, tidak perlu antrean, hanya perpindahan mulus dari sayap pesawat ke dek kapal di tengah laut jernih.
Eksklusivitas yang Bernilai Setiap Rupiah
Perjalanan dengan pesawat amfibi memang bukan untuk semua orang, terutama karena harganya yang relatif lebih tinggi dibandingkan moda transportasi biasa. Harga tiket bisa berkisar antara 5 hingga 7 juta rupiah sekali jalan, tergantung musim dan operator. Namun bagi mereka yang mengejar efisiensi dan pengalaman eksklusif, angka itu sepadan.
Selain hemat waktu, pesawat ini juga memungkinkan wisatawan atau pebisnis mencapai lokasi terpencil di Anambas yang tidak bisa dijangkau kapal besar. Beberapa resort premium bahkan menawarkan paket khusus termasuk penerbangan amfibi pulang-pergi, penginapan mewah, dan tur laut pribadi.
“Kadang, nilai sebuah perjalanan bukan pada seberapa jauh kamu pergi, tapi seberapa dalam kamu menikmatinya. Dan pesawat amfibi memberi kedalaman itu, bukan sekadar jarak.”
Wisata Anambas Semakin Terbuka
Kehadiran pesawat amfibi di rute Batam–Anambas sejatinya membuka peluang besar bagi pariwisata Kepulauan Riau. Sebelumnya, akses ke Anambas menjadi kendala utama bagi wisatawan domestik dan mancanegara. Kini, waktu tempuh yang singkat membuat destinasi ini lebih kompetitif di mata wisatawan premium, terutama penyuka diving, snorkeling, dan wisata alam.
Pulau Bawah Marine Park misalnya, kini menjadi salah satu ikon wisata berkelas dunia. Dengan laut sebening kaca, karang warna-warni, dan resort terapung yang ramah lingkungan, kawasan ini sering dijuluki sebagai “Maldives-nya Indonesia”. Melalui pesawat amfibi, perjalanan ke tempat ini menjadi jauh lebih mudah dan nyaman, tanpa harus menempuh laut bergelombang berjam-jam.
Sektor lain yang ikut terdampak positif adalah ekonomi lokal. Masyarakat pesisir yang dulu hanya mengandalkan hasil laut kini ikut menikmati pertumbuhan ekonomi dari wisatawan yang datang. Homestay, transportasi laut kecil, hingga kuliner lokal seperti ikan karang bakar atau mie sagu khas Anambas kini mulai dilirik wisatawan.
Pengalaman Terbang yang Memicu Rasa Syukur
Tidak semua orang punya kesempatan melihat Indonesia dari sudut seperti ini — dari ketinggian rendah di atas lautan biru kehijauan, dengan matahari yang menari di permukaan air. Penerbangan amfibi seolah menjadi jendela kecil untuk menyadari betapa indah dan luasnya negeri ini.
Bagi banyak penumpang, perjalanan ini bukan sekadar perpindahan dari titik A ke titik B, melainkan perjalanan batin yang penuh kekaguman. Di udara, kita melihat pulau-pulau kecil yang tak berpenghuni, diapit karang dan pasir putih yang belum tersentuh. Sesuatu yang membuatmu ingin menjaga, bukan sekadar menikmati.
“Setiap kali sayap pesawat menukik di atas lautan jernih Anambas, ada rasa haru yang sulit dijelaskan. Seakan kamu sedang menatap surga yang dititipkan Tuhan di sudut Nusantara.”
Dari Langit ke Laut, Dari Kota ke Keheningan
Begitu pesawat mendarat dan penumpang turun, suasana berubah drastis. Tidak ada deru kendaraan, tidak ada hiruk-pikuk kota. Hanya suara burung laut, ombak lembut, dan aroma garam yang memenuhi udara. Peralihan dari langit ke laut terasa begitu alami, seolah tubuh dan pikiran diajak untuk ikut menenangkan diri.
Beberapa resort di Anambas bahkan menawarkan sambutan eksklusif bagi tamu yang datang dengan pesawat amfibi. Mereka akan dijemput langsung di ponton oleh staf dengan minuman kelapa muda segar, lalu dibawa ke vila di tepi laut yang tampak seperti potongan mimpi. Di sini, waktu seolah berhenti.
Sebuah Perjalanan yang Mengubah Cara Pandangmu tentang Indonesia
Setelah mendarat kembali di Batam, ada satu hal yang terasa jelas: pengalaman naik pesawat amfibi ke Anambas bukan sekadar perjalanan wisata, tetapi pengingat betapa luar biasanya negeri ini jika dilihat dari sudut yang berbeda. Laut yang tak bertepi, pulau yang sunyi, langit yang bersih — semuanya berpadu menjadi kisah yang sulit dilupakan.
Setiap detik di udara terasa seperti meditasi. Setiap percikan air di saat pendaratan terasa seperti lagu syukur. Dan setiap pulau yang tampak dari kejauhan menjadi pengingat bahwa di luar hiruk-pikuk kota, Indonesia masih menyimpan ketenangan yang nyata.
“Kadang kita perlu naik ke langit hanya untuk benar-benar memahami keindahan laut.”